Translate

Minggu, 06 Mei 2012

MEMBANGUN KESEHATAN MENTAL ANAK DENGAN "Warm Parenting"


MEMBANGUN KESEHATAN MENTAL ANAK DENGAN "Warm Parenting"
Peran keluarga sangat penting dalam mengembangkan kesehatan mental anak. Dengan perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun social budaya sangat penting sekali, karena untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Mengembangkan kesehatan mental berbasis keluarga memberikan petunjuk tentang tugas dan fungsi orang tua dalam merawat dan mendidik anaknya, sehingga hidup anaknya pun berada dalam jalan yang benar.

Keluarga merupakan aset yang sangat penting , karena individu tidak dapat hidup sendirian tanpa ada ikatan dengan keluarga. Keluargapun memberikan pengaruh yang besar terhadap seluruh anggotanya sebab selalu terjadi interaksi yang paling bermakna dan berkenan, Keluarga yang bahagia sangat penting bagi perkembangan emosi para keluarganya (terutama anak). Apabila suatu keluarga tidak bahagia emosi anakpun akan terganggu dan tidak merasa nyaman dengan keluarganya, karena dikeluargalah seorang anak dapat merasakan kasih sayang dan perhatian yang penuh dari keluarganya terutama dari ayah dan ibunya.


Ø TEORI

Anak adalah karunia tuhan, pasangan yang belum punya anak akan menempuh segala usaha agar memeiliki anak, namun tidak jarang pasangan yang sudah dikaruniai anak tidak mengasuh dan merawatnya dengan baik. Pola pengasuhan orangtua terhadap anak mempunyai peranan penting terhadap kesehatan mental anak dikemudian hari. Anak yang diasuh dengan cara hangat, diberikan perhatian, kasih saying dan menanamkan figure lekat yang positif serta memberikan rasa aman kepada anak, akan membantu menguatkan emosi positif anak. Emosi positif anak akan memberikan perasan nyaman, aman, bahagia dan menunjang kesejahteraan jiwa anak.

Oleh sebab itu, anak yang diasuh dekat dengan kedua orang tuanya secara positif memperoleh social dan emosional dan psikologis dari orang tuanya. Keadaan seperti ini akan ikut menyumbang kerapuhan dan kelemahan jiwa dan mental anak dikemudian hari, sehingga anak kelak menghadapi masalah yang berat akan mudah merasa lemah, kurang tegar dan kurang mampu melihat secara positif dan optimis terhadap lingkungan. Keadaan lain yang mungkin berkembang dari kondisi pengasuhan yang kurang hangat adalah kurangnya empati dan kedekatan emosional anak kepada teman seusianya. Berdasarkan beberapa penelitian tentang kesejahteraan psikologis seseorang menunjukan hasil, anak yang diasuh dengan cara tidak menyenangkan, ditolak, atau tidak memperoleh kehangatan dari pengasuhan orangtuanya, maka anak mempunyai kecendrungan mengalami mental yang kurang sehat, bermasalah secara emosional, dan juga kurang sejahtera secara psikologis.

Sebaliknya anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang hangat, menyenangkan dan merasa diterima serta dihargai akan mempunyai kesehatan mental yang lebih baik (Lan Liu 2003). Sementara Propper dan Moor (2006) juga menemukan penelitian bahwa, anak-anak yang diasuh dengan pola pengasuhan yang kurang hangat, mengalami penganiyayaan, baik dari segi fisik, psikologis maupun social akan mempunyai kecendrungan mengalami gangguan depresi pada masa remaja atau dewasa awal. Sedangkan anak-anak yang merasakan pengasuhan dengan penuh kasih sayang, diasuh dengan cara yang tegas, menghargai dan tidak melakukan penganiyayaan, maka anak berkembang menjadi anak yang menghargai dan menyayangi orang lain.

Anak yang memiliki empati dan mampu bertimbang rasa dengan sesama, anak yang tidak suka mencela tetapi menunjukan kelebihan dan kekurangan orang lain, dengan demikian ia mampu berfikir secara lebih positif dan objektif. Karena itu mentalnya lebih sehat dan ia juga mempunyai kesejahteraan psikologi yang lebih baik. Proses perkembangan dan pertumbuhan keadaan emosi, mental atau jiwa dan kesejahteraan psikologi seseorang bukanlah hal yang cepat dan tiba-tiba, namun keadaan emosi dan jiwa itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengalaman individu. Pengalaman itu dipersepsikan sesuai dengan perasaan, pikiran dan dukungan social serta emosional dari orang lain disekitarnya. Apabila individu mengalami pikiran dan perasaan yang kurang menyenangkan namun ia memperoleh dukungan yang positif dari lingkungan maka perasaan dan pikiran yang negative itu bisa perlahan-lahan berubah menjadi lebih positif, sehingga tidak mengganggu kesehatan mental dan jiwanya. Namun sebaliknya, jika individu mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dari lingkungan, dan ia juga kurang memperoleh dukungan yang tepat dari lingkungan, bahkan lingkungan cendrung menyalahkannya, menuntut dan mencelahnya, maka individu tidak mampu mengkoreksi pikiran dan perasaannya yang negative baik terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.

Sehingga ia akan menilai dirinya, lingkungannya dan masa depannya juga secara negatife, dan menjadi kurang objektif. Dengan perasaan seperti ini, individu akan merasa tidak nyaman, tidak bahagia, dan didalam interaksi sosialnya juga merasa kurang menyenangkan perasaan inilah yang menyebabkan perasaan kurang sejahtera. Pengasuhan yang paling berperanan penting memang dari orangtua, namun perkembangan lingkungan dimana individu berada juga mempunyai peranan yang cukup besar bagi membangun kesehatan mental dan emosional individu. Perlakuan lingkungan seperti sekolah, teman bermain atau kelompok lain diluar rumah juga mempunyai peranan yang cukup penting didalam menentukan kesehatan mental dan jiwa anak.

Oleh sebab itu keluarga atau ibu-bapak perlu memberikan counter atau penyeimbang kondisi dari luar yang menjadi menyumbang bagi ketidaksehatan mental seseorang. Misalnya, perlakuan guru atau teman-teman disekolah yang sempat dirasakan anak sebagai tindakan yang kurang menyenangkan. Anak akan merasa tidak diterima, dicela, atau mendapat hukuman dan perlakuan tidak adil dan sebagainya. Dalam kondisi seperti ini anak perlu mendapatkan dan keyakinan serta pembenaran bahwa bukan anak semata yang salah, tetapi mungkin ada kondisi yang lain yang menyebabkan lingkungan berbuat seperti itu.

Apabila support yang diberikan oleh lingkungan sesuai dengan kebutuhan anak, maka anak akan belajar untuk melihat setiap permasalahan secara lebih objektif dan proporsional. Sebaliknya apabila anak tidak memperoleh support dan justru dicela atau disalahkan, maka anak akan merasa dimusuhi, sehingga menimbulkan perasaan dendam, sakit hati dan kebencian yang merupakan benih ketidak sehatan mental pada anak. Oleh sebab itu anak perlu diajak bicara secara baik-baik, didengarkan pikiran dan keluhan perasaannya, serta ditanyakan atau dipahami apa keinginan dan kemauannya. Dengan demikian orangtua atau keluarga mampu memahami keinginan anak, mampu bertindak secara proporsional dan dapat memberikan support yang tepat. Kondisi ini dapat menetralisir keadaan emosi yang tadinya kurang sehat menjadi lebih positif, sehingga mampu mencegah ketidak sehatan mental yang dialami oleh anak.

Cara-cara pendekatan yang dialogis, dialektikal dan demokratis akan mengajarkan keterampilan social kepada anak, baik didalam kemampuan berbicara, kejujuran, keberanian mengemukakan pendapat, dan juga kemampuan membangun relasi yang sehat dengan orang lain. Kemampuan social dan keterampilan interpersonal inilah yang akan mengantarkan anak menjadi sehat dan mempunyai jiwa serta mental yang sehat. Mengajarkan kemampuan menghadapi dan menyelesaikan masalah juga mampu membantu anak berkembang menjadi lebih sportif. Sehingga berani menghadapi kenyataan dan tidak lari dari masalah. Beberapa tips atau strategi yang dapat dikembangkan untuk membangun pengasuhan yang hangat dan sehat adalah dengan memberikan asi secara lahir batin, menggendong dengan kedekatan emosional sesuai dengan keperluan anak, memeluk dan mendekap serta sering mencium anak, tidak sering memisahkan anak dengan kedua orangtuanya.

Menerima dan menghargai apa yang dilakukan anak, memberikan koreksi secara tepat apabila anak melakukan kesalahan, memberikan penghargaan dan sanjungan kalau anak memiliki kelebihan, memberikan dukungan sosial dan emosional ketika anak memerlukan, tidak mencela tetapi menunjukkan kesalahan dan memberikan solusi apa yang harus dilakukan, membesarkan perasaan anak ketika ia merasa kecil hati dan tidak berharga. Membicarakan segala sesuatu yang dialami anak, tidak menyalahkan dan mencela serta mengajarkan cara berfikir dan berbicara secara demokratis kepada anak. Cara-cara seperti ini diharapkan mampu membangun emosi positif dan kehangatan anak sehingga kelak anak berkembang secara sehat, baik secara fisik maupun mentalnya.

Sumber: Dra.Hamidah,M.Si

Tidak ada komentar:

Posting Komentar